Definisi Pariwisata Secara Konseptual

Pariwisata adalah kegiatan ekonomi yang memiliki signifikansi secara global dan sangat besar. Namun, pengukuran nilai ekonomi yang secara tepat dari pariwisata tidak cukup mudah.

Karena Pariwisata sendiri memiliki definisi dan metode akuntansi yang berbeda-beda karena diadopsi oleh negara yang berbeda-beda.

Oleh karena pariwisata secara garis besar adalah fenomena yang relatif baru meskipun tingkat pertumbuhan yang luar biasa cepatnya, tetapi masih  belum ada standar dalam manajemen dalam pengelolaannya bahkan sebagai bagian dari  bidang studi manajemen di akademik.

Untuk masalah definisi yang berkaitan  dengan pariwisata memiliki pemahaman yang berbeda dan pada gilirannya telah menyebabkan terjadi kesulitan dalam melakukan pengukuran sebuah kesuksesan manajemen pengelolaan sebuah pariwisata.

Setiap peneliti pariwisata mengambil pendekatan yang berbeda-beda ketika mengajukan definisi, seperti halnya  kesulitan dalam mendifiniskan bentuk yang tepat dari sebuah pariwisata.

Holloway (1994) menggambarkan perlunya  membangun garis yang jelas antara antara setiap aspek Pariwisata agar definisi pariwisata itu seragam. Namun pada kenyataannya tidak ada definisi universal yang disepakati dalam industri pariwisata. Secara akademik tidak ada kesepakatan bahwa pariwisata dapat digambarkan sebagai sebuah industri murni.

[fusion_builder_container hundred_percent="yes" overflow="visible"][fusion_builder_row][fusion_builder_column type="1_1" background_position="left top" background_color="" border_size="" border_color="" border_style="solid" spacing="yes" background_image="" background_repeat="no-repeat" padding="" margin_top="0px" margin_bottom="0px" class="" id="" animation_type="" animation_speed="0.3" animation_direction="left" hide_on_mobile="no" center_content="no" min_height="none"][caption id="attachment_21676" align="aligncenter" width="669"]Definisi Pariwisata Secara Konseptual Photo Credits: ciitourismfest[/caption]

Mill dan Morrison (1998), misalnya, berpendapat bahwa sulit untuk menggambarkan pariwisata sebagai sebuah industri mengingat bahwa ada banyak hal yang  saling melengkapi didalam  bisnis pariwisata.

Beberapa peneliti menempatkan definisi pariwisata dalam konteks yang  berhubungan antara perjalanan, wisata, rekreasi dan olahraga. Namun, keterkaitan hubungan tersebut justru semakin 'bias', seperti definisi bahwa semua pariwisata melibatkan perjalanan padahal  tidak semua pariwisata mengalami perjalanan.

Definisi yang paling banyak diterima adalah menurut  WTO (World Tourism Organisation) melalui International Conference on Travel and Tourism Statistics di Ottawa pada tahun 1991, yaitu:
The activities of a person outside his or her usual environment for less than a specified period of time and whose main purpose of travel is other than exercise of an activity remunerated from the place visited. (Chadwick, 1994)

Pariwisata digambarkan sebagai sebuah aktivitas atau kegiatan. Seperti contoh pariwisata secara internasional, orang akan menyeberangi perbatasan untuk liburan atau bisnis dan tinggal setidaknya 24 jam tetapi kurang dari satu tahun, maka orang itu disebut sedang pariwisata.

Perdebatan definisi pariwisata secara konseptual (teori) cenderung lebih susah dibandingkan kesepakatan definisi secara teknis mengenai pariwisata karena pendekatan teknis hanya berhubungan dengan statistik dengan menghitung jumlah wisatawan yang berkunjung.

Dalam hal konseptual, pariwisata dapat dianggap sebagai kegiatan orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan mereka untuk tidak lebih dari satu tahun untuk bersantai, bisnis dan tujuan lainnya.

Definisi ini mencakup unsur-unsur penting seperti pergerakan orang tersebut untuk tetap tinggal di luar lingkungan mereka yang biasa tinggal  atau bekerja. Gerakan ini bersifat sementara dan jangka pendek. Tujuan orang tersebut mengunjungi adalah tidak tinggal atau berkerja secara permanen ditempat tersebut.

Secara umum definisi yang mudah dipahami oleh setiap praktisi Pariwisata adalah seseorang yang menghabiskan kegiatannya setidaknya 24 jam jauh dari rumah, meskipun tidak ada maksimum batas waktu yang baku untuk kunjungan wisata. Atau sederhananya dapat dikatakan bahwa turis adalah orang yang jauh dari rumah dalam  waktu yang relatif singkat. (erf)[/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]